Cerita part 1 bisa dilihat di : Cerita Intern @ ULIP (Unilever) - Part 1
Hai, hari ini penulis akan kembali bercerita tentang pengalaman intern selama mengikuti ULIP. Hal ini dikarenakan penulis sedang mengalami stuck dalam proyek yang diberikan, akibat bertambahnya proyek-proyek dengan tingkat kesulitan tidak biasa #alay. Gak sesusah itu sebenernya, cuma butuh logika berpikir, dimana otak harus dalam keadaan fresh untuk bisa membongkar logikanya. Dan penulis sedang sangat lelah, akibat kebanyakan bermain bersama teman-teman dan running drama korea hingga larut saat weekend kemarin. Penulis sangat ingin tidur atau setidaknya berharap bisa pergi ke tempat-tempat seperti perkebunan (ga nyambung).
Jadi karena penulis berlokasi di wisma aldiron, cerita-cerita ini akan terjadi di seputar wisma aldiron. Kalo kerja disini, welcome to pancoran geng! Dimana sampe sekarang penulis gak ngerti logika puteran pancoran itu gimana dan buat apa, karna super semrawut banget. Apalagi kalo jam pulang kantor, totalitas ketidakbergunaan lampu merah sungguh terjadi. Penulis teringat ketika awal berada disini dan ada yang mengatakan "iya, naik motor aja bisa macet disini". Penulis sekitar 5 hari lalu merasakan benar-benar tidak bisa bergeraknya sebuah motor di jalanan, dan hari ini merasakan bagaimana jalan kaki aja macet (gak bisa jalan karena kondisi jalanan yang mengerikan).
Lokasi unilever ada di lantai 1 (logistic) dan lantai 3 (supply chain, customer service, dll). Entahlah sebenarnya pembagian departemen ini juga penulis kurang fasih. Walaupun terlihat ansos, tapi penulis punya pengetahuan yang lebih banyak daripada intern lain soal proses bisnis divisi-divisi disini. Why? Karena penulis suka ngrumpi dan bertukar informasi. Bagi penulis, untuk apa kalo susah-susah masuk sini, jika hanya bekerja? bukankah itu sangat membosankan?
Disini berbeda dengan HO (head office , yaitu graha unilever). Di HO ada sebuah kantin, dimana katanya kita bisa makan makanan kantin disana. Jadi, gak ada uang makan istilahnya. Tapi penulis juga belum mencicipi kantin disana. Cuma pernah ke koperasinya aja, saat membuat ID card. Sedangkan di aldiron, kantinnya literally banyak penjual-penjual makanan (udah semacam warteg berjejer) dari ujung hingga ujung, dimana entah mengapa, ujung kiri itu paling murah dan ujung kanan mahalnya nahujubileh. Jadinya, kita dikasi uang makan. Tapi percayalah, jumlahnya tidak besar! Jadi buat anda yang mengharapkan banyak cuan, don't expect too much. Tapi lumayan lah ya, daripada gak ada sama sekali. Harus disyukuri.
Berbicara mengenai kantin, penulis harus mengakui bahwa ke-pasaran wajah penulis membuat penulis ini cukup populer di kalangan pedagang disana. Hampir tiap penjual mengenali penulis dan mengetahui pilihan makanan yang akan dipesan penulis.
Sebenarnya hal yang menyedihkan disini adalah bahwa penulis melihat banyak kotak walls, seperti yang dijual di toko-toko terdekat. Harusnya ice cream itu bisa diambil massal dan brutal. Namun dikarenakan sedang musim puasa, penulis pun tak enak. Penulis pernah melakukan usaha percobaan pengambilan ice cream saat sudah buka (alias di atas jam 6). Penulis rela pulang malam selama 3 hari untuk trial. Namun alhasil gagal. Karena ternyata dikunci. Hal yang cukup ironis adalah penulis malah membeli produk ice cream mereka (dengan uang penulis sendiri), di koperasi mereka.
Bicara mengenai koperasi, penulis teringat akan koperasi di HO. Dimana waktu itu penulis diminta mengambil package internship (yang harusnya dapat diakhir). Isinya? Barang kebutuhan sehari-hari. Karena ibunda belum meninggalkan jakarta ketika package ini diterima, dan saat mendapat package posisi penulis sedang pergi bersama ibunda dan teman-temannya, tentu saja fixed isi package ini menjadi primadona dan rebutan ibu-ibu. Mereka pun bahkan ada yang hompimpa untuk memperebutkan sunlight dan rinso. Dan pemilik aslinya (penulis), hanya meminta sabun mandi.
Anw, saat selesai mengambil package dari HO, penulis menunggu ojek di depan HO. Karena package cukup berat, penulis meletakkannya di dekat pagar. Bentuknya memang cukup besar dan kotak. Sehingga tiba-tiba 2 satpam menghampiri.
Salah 1 bertanya "paket untuk siapa mbak?"
Sedangkan yang 1 lainnya dengan mata waspada dan membawa detektor, ingin memeriksa kotak tersebut.
Penulis diam cukup lama sebelum menyadari bahwa penulis dipikir kurir barang atau tukang pembawa bom. Sehingga penulis pun mengatakan "ini dari unilever".
Mereka berakhir tertawa terbahak-bahak sampai penulis pulang dan meminta maaf.
FYI, supply chain memiliki members yang paling banyak dibandingkan function lain. Seperti yang penulis bilang, mereka gak hanya mengerjakan pekerjaan inti dan rutin. Mereka mikir, a lot. Jadi buat yang ingin mengaplikasikan keilmuan engineering mereka (terutama yang belajar inventori dan supply chain), ini oke banget. Workload otomatis juga lebih tinggi, karena ada harga (gaji tinggi) ada rupa.. Tapi bagi penulis, work life balance disini cukup baik, karena masih bisa pulang sore dan main ama teman maupun keluarga. Weekend juga terjamin.
Hai, hari ini penulis akan kembali bercerita tentang pengalaman intern selama mengikuti ULIP. Hal ini dikarenakan penulis sedang mengalami stuck dalam proyek yang diberikan, akibat bertambahnya proyek-proyek dengan tingkat kesulitan tidak biasa #alay. Gak sesusah itu sebenernya, cuma butuh logika berpikir, dimana otak harus dalam keadaan fresh untuk bisa membongkar logikanya. Dan penulis sedang sangat lelah, akibat kebanyakan bermain bersama teman-teman dan running drama korea hingga larut saat weekend kemarin. Penulis sangat ingin tidur atau setidaknya berharap bisa pergi ke tempat-tempat seperti perkebunan (ga nyambung).
Jadi karena penulis berlokasi di wisma aldiron, cerita-cerita ini akan terjadi di seputar wisma aldiron. Kalo kerja disini, welcome to pancoran geng! Dimana sampe sekarang penulis gak ngerti logika puteran pancoran itu gimana dan buat apa, karna super semrawut banget. Apalagi kalo jam pulang kantor, totalitas ketidakbergunaan lampu merah sungguh terjadi. Penulis teringat ketika awal berada disini dan ada yang mengatakan "iya, naik motor aja bisa macet disini". Penulis sekitar 5 hari lalu merasakan benar-benar tidak bisa bergeraknya sebuah motor di jalanan, dan hari ini merasakan bagaimana jalan kaki aja macet (gak bisa jalan karena kondisi jalanan yang mengerikan).
Lokasi unilever ada di lantai 1 (logistic) dan lantai 3 (supply chain, customer service, dll). Entahlah sebenarnya pembagian departemen ini juga penulis kurang fasih. Walaupun terlihat ansos, tapi penulis punya pengetahuan yang lebih banyak daripada intern lain soal proses bisnis divisi-divisi disini. Why? Karena penulis suka ngrumpi dan bertukar informasi. Bagi penulis, untuk apa kalo susah-susah masuk sini, jika hanya bekerja? bukankah itu sangat membosankan?
Disini berbeda dengan HO (head office , yaitu graha unilever). Di HO ada sebuah kantin, dimana katanya kita bisa makan makanan kantin disana. Jadi, gak ada uang makan istilahnya. Tapi penulis juga belum mencicipi kantin disana. Cuma pernah ke koperasinya aja, saat membuat ID card. Sedangkan di aldiron, kantinnya literally banyak penjual-penjual makanan (udah semacam warteg berjejer) dari ujung hingga ujung, dimana entah mengapa, ujung kiri itu paling murah dan ujung kanan mahalnya nahujubileh. Jadinya, kita dikasi uang makan. Tapi percayalah, jumlahnya tidak besar! Jadi buat anda yang mengharapkan banyak cuan, don't expect too much. Tapi lumayan lah ya, daripada gak ada sama sekali. Harus disyukuri.
Berbicara mengenai kantin, penulis harus mengakui bahwa ke-pasaran wajah penulis membuat penulis ini cukup populer di kalangan pedagang disana. Hampir tiap penjual mengenali penulis dan mengetahui pilihan makanan yang akan dipesan penulis.
Sebenarnya hal yang menyedihkan disini adalah bahwa penulis melihat banyak kotak walls, seperti yang dijual di toko-toko terdekat. Harusnya ice cream itu bisa diambil massal dan brutal. Namun dikarenakan sedang musim puasa, penulis pun tak enak. Penulis pernah melakukan usaha percobaan pengambilan ice cream saat sudah buka (alias di atas jam 6). Penulis rela pulang malam selama 3 hari untuk trial. Namun alhasil gagal. Karena ternyata dikunci. Hal yang cukup ironis adalah penulis malah membeli produk ice cream mereka (dengan uang penulis sendiri), di koperasi mereka.
Bicara mengenai koperasi, penulis teringat akan koperasi di HO. Dimana waktu itu penulis diminta mengambil package internship (yang harusnya dapat diakhir). Isinya? Barang kebutuhan sehari-hari. Karena ibunda belum meninggalkan jakarta ketika package ini diterima, dan saat mendapat package posisi penulis sedang pergi bersama ibunda dan teman-temannya, tentu saja fixed isi package ini menjadi primadona dan rebutan ibu-ibu. Mereka pun bahkan ada yang hompimpa untuk memperebutkan sunlight dan rinso. Dan pemilik aslinya (penulis), hanya meminta sabun mandi.
Anw, saat selesai mengambil package dari HO, penulis menunggu ojek di depan HO. Karena package cukup berat, penulis meletakkannya di dekat pagar. Bentuknya memang cukup besar dan kotak. Sehingga tiba-tiba 2 satpam menghampiri.
Salah 1 bertanya "paket untuk siapa mbak?"
Sedangkan yang 1 lainnya dengan mata waspada dan membawa detektor, ingin memeriksa kotak tersebut.
Penulis diam cukup lama sebelum menyadari bahwa penulis dipikir kurir barang atau tukang pembawa bom. Sehingga penulis pun mengatakan "ini dari unilever".
Mereka berakhir tertawa terbahak-bahak sampai penulis pulang dan meminta maaf.
FYI, supply chain memiliki members yang paling banyak dibandingkan function lain. Seperti yang penulis bilang, mereka gak hanya mengerjakan pekerjaan inti dan rutin. Mereka mikir, a lot. Jadi buat yang ingin mengaplikasikan keilmuan engineering mereka (terutama yang belajar inventori dan supply chain), ini oke banget. Workload otomatis juga lebih tinggi, karena ada harga (gaji tinggi) ada rupa.. Tapi bagi penulis, work life balance disini cukup baik, karena masih bisa pulang sore dan main ama teman maupun keluarga. Weekend juga terjamin.