**) Ini adalah lanjutan dari kisah part 1. Untuk tau cerita detail part 1, please open : Pengalaman Seleksi ULIP (Unilever Leadership Internship Program) - Part 1
[TAHAP FGD + INTERVIEW ULIP]
Tahap ini dimulai dengan mengumpulkan kami dalam meja lonjong. Kami ada 8 orang (tapi gak datang 1 >> katanya orang australia wow!). Seorang Ibu bagian HRD hadir menemani kami ngrumpi sesaat dan bilang sesuatu yang cukup mengesankan "walaupun seleksinya di jakarta, tapi yang kami undang seleksi dari berbagai kampus", dimana peserta hanya terdiri dari 2 kampus (yang berlambang gajah dan yang jas almamaternya kuning). Seorang teman yang nyeletuk nama kedua kampus itu pun, langsung membuat seisi ruangan (termasuk si ibu) tertawa.
Lalu, kami disodori roti yang sepertinya enak (namun karena hayati deg-degan karena FGD, makan pun tak sanggup lols). Kami pun disuruh menyiapkan kakulator sendiri (kali ini untung udah pinjem kakulator temen kampus).
[FGD dimulai]
Pada tahap FGD ini, kami dikasi soal beberapa lembar, yang isinya data-data. Tapi percayalah, inti pertanyaannya cuma 1 kok. Jadi, jangan terkecoh.
Akibat AC yang cukup dingin, tangan penulis agak beku. Ironisnya otak juga ikutan beku :(
15 menit berjalan dimana penulis bingung mau menulis apa (lembar coret-coret masih kosong), sedangkan yang lain mulai menggunakan kakulator.
Penulis membatin : ngapain mereka pakai kakulator, itung apaan sih........?!
Menjelang 10 menit terakhir, penulis berusaha pakai kakulator (walau masih ngawang fungsi utamanya ngitung apa) lols. Kemudian tiba-tiba ada extended waktu (yeay!). Tapi cuma 10 menit. Sebentar? Yes, tapi ternyata 10 menit itu merupakan waktu crucial yang membuat penulis menemukan ilham-ilham mau nulis dan akan ngomong apa, setelah bermenit-menit stuck dan cuma lihat kandidat lain (walau masih agak ngawang juga).
Proses pengerjaan pun selesai dan kami mulai diskusi. Anw, diskusi ini pake bahasa inggris dan indonesia. Inggris duluan selama 30 menit maybe, lanjut indonesia. Disana kami diperkenalkan dengan 5-6 juri (udah hampir sama kaya jumlah peserta). Mereka adalah user-user kita (manajer dan asistennya).
Diskusi ya seperti diskusi biasa.........
Namun, karna kami awalnya bingung bagaimana sistem FGD berlangsung, penulis pun sok ngide dengan bilang mending ngomong urutan aja. Dan berakhir dengan penulis ngomong pertama. Bye.
Tips n trick : jangan sok ngide + jangan ngomong pertama.
Penulis sebenarnya tak pernah ngomong pertama dalam sebuah FGD apapun. Karna kebetulan penulis melihat yang lain cukup rempong dalam menentukan, sehingga penulis yang naturally tak suka keadaan berbelit-belit pun nyeletus ngomong (tanpa mikir)........
Intinya at the end kami diminta ngasih konklusi kelompok kami. Setelah FGD kami pun menunggu 10 menit..... Dan kami terlena dengan pembicaraan-pembicaraan konyol akibat lega setelah FGD.
Hingga tiba-tiba, Ibu HRD memanggil "namaku", untuk wawancara. Seperti biasa, penulis agak budek sehingga membutuhkan bantuan 5 orang untuk nriakin agar pergi ke ruang wawancara.
[wawancara]
saat wawancara penulis dihadapkan pada 5 user tadi (lupa brapa). Pertanyaan seputar diri, dan ada pertanyaan kompetensinya juga. Karena ini supply chain, pertanyaan pun seputar supply chain. Dan bodohnya, penulis bilang bahwa penulis ambil kelas inventori......
Jadi, apakah penulis bisa menjawab pertanyaan tersebut? Tentu saja.......................... enggak. Lols. Gatau itu apaan yang ditanyain.
Lalu, penulis pun selesai (ini wawancara tercepat hanya 20 menit). Saat keluar, penulis baru diberitahu yang lain bahwa ada 2 orang yang ke-cut dari proses FGD. Kemudian penulis bersama teman penulis, si X, otw kembali ke bandung. Karena yang nyetir kakak si X, mungkin the power of cinta pada sodara yang membuat kami bisa on time sampe bandung. Jam setengah 4 udah sampe (ujian jam 4). FYI perjalanan kami super macet berjam-jam. Jadi kata yang ngundang interview bahwa "jalanan pasti damai lancar kalo hari biasa", sepertinya tidak proven.
Dan kesempatan terakhir untuk belajar pun terlewatkan, karena di jalan penulis hanya fokus.......... Fokus tidur untuk recharge.
Kemudian penulis menunggu sekitar 3 hari dan ditelpon untuk medical check up. (FYI penulis ditelepon 3x karena sibuk ke toilet dan beli makan). Jadi tenang aaja mereka akan selalu telepon lagi kok kalo gak keangkat. Medical check up berlangsung di kampung halaman karena penulis udah pulkam. Karna pertama kali medical check up, penulis merasa cukup ribet yah ternyata, dan menyadari betapa pentingnya kesehatan untuk sebuah pekerjaan.
Lalu menunggu sekitar seminggu (mungkin laporan med check up nya lagi otw juga), penulis sedang berada di sebuah mall yang sangat ramai dan ditelepon oleh HRDnya. Penulis yang memang lemah dalam pendengaran dan berhubung lagi rame, awalnya mengira bahwa itu dari tukang galon langganan (namanya hampir sama FYI). Untung penulis tidak melanjutkan judgemental-judgemental bodohnya. Intinya, Katanya penulis bisa mulai sesuai availibility diriku ini kapan.
Voila, jadilah penulis mulai intern disini!
Unilever adalah penyelamat untuk penulis karena akirnya penulis dapat tempat KP yang sesuai sama ranah jurusan ini. Kemalasan penulis selama berbulan-bulan membuat penulis tak pernah bikin proposal pengajuan magang ke perusahaan apapun.
Jadi, salah satu saran penulis adalah : ajukan magang ke perusahaan yang udah fix dan pasti banget, dan emang sesuai ranah jurusan yang dimau apa. Kalo bisa dari awal. Gampangnya sih, pilih perusahaan yang emang sering jadi langganan KP di jurusan.
And... kalo kalian punya impian mau magang di unilever atau tempat manapun, tetaplah cari tempat KP yang pasti dulu. Jangan kaya penulis yang hampir tak menemukan tempat KP hingga akhir hayat semester akibat menanti yang tak pasti..........
Simak kisah-kisah intern selama disini ya :))))))