Hai, penulis kembali lagi! Kali ini, penulis sedang ketagihan ngepos. Lols
Kisah seleksi ULIP (internship ala Unilever) ini berawal ketika penulis sedang gabut parah akibat drama-drama korea yang sedang tidak bagus. Lalu, penulis melihat grup yang heboh membicarakan tempat KP (kerja praktek). Dalam hati : kemanakah tujuan penulis?
Lalu iseng-iseng scroll timeline LINE, ada yang ngepos soal ULIP dan penulis pun membuka form-nya. Diisilah data-data terkait. Namun karna daya tahan penulis cukup lemah, penulis merasa lelah padahal baru halaman 1. Usut punya usut setelah ngecek kilat, ternyata ada beberapa halaman form (capede). Sehingga pengisian form membutuhkan 5 hari (diisi tiap penulis gatau mau ngapain dikosan).
Lalu, dengan tanpa harapan apapun karena sebenarnya sasaran utama penulis untuk intern bukanlah tempat ini (gatau diri emang), penulis tak pernah menunggu email doi. Penulis emang udah ada tempat tujuan sendiri pada waktu itu.
Kemudian selang beberapa bulan, penulis mendapat undangan tes online. Sebenarnya kita dikasi sekitar 4 hari untuk batas pengerjaan. Namun karena penulis sedang sangat padat hari-hari kedepannya, 5 menit sejak dapat email penulis langsung mengerjakan tes.
Bodoh? IYA! Karena penulis mengerjakan sendiri, di kosan, habis bangun tidur (otak masih blong), dan lupa kalo kakulator lagi ilang. Penulis berakhir menggunakan excel dan kakulator bawaan laptop sebagai media penghitungan. Ternyata soalnya tidaklah mudah untuk orang yang baru bangun tidur. Penulis berakhir ngasal memilih sekitar 60% dari total soal. Penulis tak menyangka jika soalnya hanya sedikit :( sehingga ketika tombol submit keluar, ku hanya terkaget-kaget dan tertawa karena kebodohan-kebodohan ini.
Hari-hari berlalu hingga mencapai titik dimana penulis merasa fix gagal di tempat tujuan utama (karena gak dapat email apapun), which is bukan unilever + udah ngomong ke orang tua "aku intern di kampung halaman aja".
Perusahaannya? Gatau apa.
Literally karena jurusan penulis adalah engineering, jelas yang berbau proses dan pabrik lebih di ACC. Dan kampung halaman penulis sangat tidak support untuk itu :( Namun karena sudah dalam state 'entah mau kemana', jadi yang penting pulang dulu aja deh.
Suatu hari di hari yang tak diharapkan (tubes badai, materi ujian gak ada yang ngerti), ada sebuah telepon. Ingat banget waktu itu penulis habis pulang dari ujian yang sangat susah sehingga langsung nonton drama korea untuk melepas stress (walaupun esoknya ujian lagi). Telepon itu bilang dari Unilever dan mau ngajak seleksi.
Dia bilang "Kami akan seleksi pada hari.............." (dalam hati : plis jangan minggu ini, fix parah badai kuadrat).
Doi pun menjawab "Senin depan".
Dalam hati : OK bisa. Namun sedetik kemudian otak ini ngomong "Senin dirimu ujian plis". Dan bilang ama doi kalo senen ujian. Kita diskusi banyak, dan akhirnya dia meyakinkan dengan berbagai cara bahwa : possible kok, ikut tes dari pagi ampe siang (di JAKARTA), lalu siang langsung cao untuk ujian jam 4 sore (di BANDUNG). FYI, jadwal dari mereka, asumsi seleksi selesai adalah pukul 12.00 (dimana sangat-sangat mepet).
Dan karena ternyata ada temen sejurusan yang bernasib serupa, I said "OK", dimana saat itu penulis belum ingat akan badai apa saja yang terjadi pada hari itu.
Ternyata, ada 2 deadline tubes + ujian pada hari senin. Salah satu deadlinenya individu, mengenai suatu mata kuliah yang sangat tidak disukai by penulis. Ingin mencicil? Pasti! Tapi dikarenakan ada badai-badai lain yang belum terurus di minggu itu, sehingga tentu harus menyelesaikan badai yang ada di depan mata dulu. Super chaos.
Nb : Anda bisa langsung skip ke kisah part 2 untuk langsung ke tahap interview + FGD (Pengalaman Seleksi ULIP (Unilever Leadership Internship Program) - Part 2), jika tak ingin membaca kisah perjalanan penulis) Lols.
Lalu dimulailah kisah perjalanan penulis....................
Penulis berangkat hari minggu ke jakarta (dengan terseok-seok akibat ngebut tubes di menit-menit terakhir dan ingin ngeprint bahan ujian > namun printer rusak > mission failed). Sehingga posisi sangat mepet untuk keluar kosan (minute-40 travel berangkat baru jalan keluar kosan).
Lalu, pertanda gak enak mulai keliatan ketika penulis harus bolak balik 3x keluar masuk kosan akibat adaaaaaaaa aja barang yang ketinggalan. Kebetulan waktu nunggu angkot, penulis sadar bahwa angkot yang biasanya laju kedatangan tiap 30 detik, sekarang jadi 10 menit kemudian baru dateng. And.... Ketika angkot berjalan beberapa meter (di daerah yang seharusnya gak macet), udah ada bau-bau padat merayap. Hingga sampai di suatu titik jalan dimana penulis baru ingat bahwa penulis akan melewati jalanan yang selalu macet saat weekend ...................... cihamplas. Super gak bisa jalan!
Penulis berakhir pesan gojek dan nyampe ke tempat travel, yang ternyata travel udah otw pergi (penulis menyaksikan sendiri travel meninggalkan area). Tragic. Lalu, penulis ditawarkan "waiting list di jam setelahnya", which is gak pasti dapat karena lagi penuh banget. Akhirnya penulis memutuskan menyusul ke spot travel di daerah lain pake tukang ojek didepan. Untung jalanan sedang sangat macet, sehingga penulis bisa mengejar travel.
Saat sampai di spot menunggu travel, penulis sedang membuka pintu toilet saat ada kata-kata "kelapa gading berangkat". Nyaris bye ditinggal lagi!
Omai.... Lalu karena jalanan super macet, penulis baru sampe malam sekali.
Plan awal adalah : sampe jakarta lalu belajar ujian (minimal baca materi lah) > tidur > bangun awal karena harus berangkat pagi (sekali-kali tidur minimal lah).
Eksekusi : sampe jakarta > makan > browsing > telpon ortu > tidur > bangun mepet (tidur tetap wajar 8 jam).
[hari seleksi]
Lalu, muncullah insiden-insiden aneh bin gak baik. Mulai dari anting-anting lepas waktu mandi (nyari anting ampe 10 menitan karena ternyata nyelip di belakang pispot entah bagaimana), lalu disusul kaca kacamata lepas dari framenya dengan sempurna......
Dalam hati seperti kata ortu "jangan mengeluh dan jangan mikir negatif", yang kemudian mendasari perjuangan memasangkan kaca ke frame nya......
Dengan kekuatan doa penuh selama berusaha memasangkan ....................... akhirnya frame ikutan putus. Oke bye!
Lalu, berusaha mencari solasi bening. Ternyata adanya solasi hitam. Penulis berakhir memasangkan solasi hitam agar frame menyatu dengan kacanya.
Voilaaaa............. keliatan aneh banget kacamatanya. Penulis hanya membatin "bagaimana kau bisa wawancara dengan bentuk yang tak enak dilihat seperti itu".
Kisah berlanjut dimana penulis menggunakan go-car (dengan harapan rambut gak kusut saat seleksi, tep badai, dan gak lepek bin becek). Namun kisah lain pun terjadi...... Awalnya segalanya baik-baik saja, hingga memasuki area pusat. Supirnya ngomong "mbak ini kayaknya Anda salah masukin alamat", karena berdasarkan GPS harusnya udah nyampe, tapi kok gak ada daerah itu.
(FYI, seleksiku di wisma aldiron, dan ternyata ada lagi kantor Unilever Head Office di jalan yang sama juga, Gatot Subroto).
Supir : "kayaknya harusnya unilever di sebrang jalan itu mba. Jadi karena salah, saya tambah charge jadi 23ribu". Penulis yang merasa cipe dan tidak bersalah, kemudian ngomong "saya sudah bener kok masukinnya mas". Intinya gak trima kalo nambah 23ribu >> gak jadi dipotong intinya akhirnya.
Lalu sampelah penulis di .............. Graha unilever (which is bukan tempat tesnya). Makanya ketika penulis masuk dan nanya "apakah ini wisma aldiron", dan jawabannya "bukan" dongggg. Oke bye. Langsung lemes. Bapak-bapak security bilang supaya kedepan aja karena banyak ojek.
Kemudian nyamperin deh kedepan, dan pas nanya "Ojek ya mas?".
Jawaban orang-orang : bukan mbak, kita lagi makan bakso. Tukang ojeknya lagi pada cuti katanya (karena ada sesuatu apa yang kutak mengerti mereka ngomong apa).
Oke lagi-lagi bye.
Lalu pesan lagi si abang gojek dan ditolak 5x. Saat dapet, ternyata si bapak sempet gatau itu dimana. Akibat keapesan berkali-kali, penulis untungnya sudah inisiatif minta peta pada bapak security graha unilever.
Saat sampai di unilever, penulis yang ingin terlihat seperti human (ga becek dan lepek) karena biasanya selalu kaya pembantu, tidak melakukan usaha apapun ke toilet untuk membenahi diri yang udah kucel bin berantakan (saking lemasnya). Penulis hanya duduk terdiam hingga dipanggil ke dalam.
Kisah seleksi sebenarnya akan dikupas dalam part 2. Keep reading yaw!